Penadigital.id - Dilansir Detik Kalsel, ramai beredar di masyarakat mengenai peristiwa seorang anak balita yang positif narkoba jenis sabu di Samarinda, Kalimantan Timur. Setelah diusut, ditemukan fakta bahwa jenis narkotika golongan I ini berasal dari air minum yang diberikan oleh tetangganya. Tersangka diketahui memberikan air minum di botol yang ternyata bekas bong yang digunakan tersangka untuk menghisap sabu.
Setelah meminum air tersebut, korban dilaporkan mengalami gejala aktif, sulit tidur, dan berkeringat dingin. Korban juga mengoceh seperti orang yang berhalusinasi. Maka dilakukan perawatan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab gejala-gejala tersebut sehingga dilakukan tindakan lebih lanjut.
dr. Wawang S. Sukarya selaku Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) turut menanggapi, sabu termasuk dalam kelompok narkotika yang penggunaannya perlu diperhatikan. Pada orang dewasa, dengan dosis yang telah ditentukan sabu dapat digunakan sebagai anti sakit. Efek lainnya menyenangkan. Namun ini akan berbeda penggunaannya pada anak-anak. Bahkan penggunaannya pun jarang dilakukan mengingat efek yang akan timbul.
"Pada anak kecil (dengan dosis berbeda), penggunaan zat ini sangat jarang dilakukan mengingat efek yang akan ditimbulkan. Pada kasus ini, pemberitaan air yang mengandung narkotika dengan dosis yang tidak terkontrol akan mengakibatkan efek yang berbahaya, bahkan apabila tidak segera ditindak lanjuti akan menyebabkan kematian," pungkasnya.
Ia melanjutkan, terdapat beberapa gejala atau ciri-ciri yang terdapat pada pengguna sabu. Ini dapat dianalisa secara fisik maupun psikis.
“Selain itu, sabu akan menyebabkan perubahan fisik maupun psikis pada pemakainya, diantaranya berkurangnya nafsu makan, meningkatnya aktivitas fisik, merasakan euforia yang tinggi, detak jantung tidak teratur. Semakin lama, ini akan meningkat menjadi paranoid, timbul halusinasi, dan perubahan suasana hati yang cepat. Jika tidak ditangani lebih lanjut, akan timbul resiko gangguan saraf dan sebagainya. Karena dalam sabu ini mengandung zat berbahaya,” sampainya.
Ia menegaskan pentingnya edukasi sejak dini di kalangan masyarakat perlu ditingkatkan. Lingkungan keluarga, pendidikan, hingga masyarakat berpengaruh penting bagi pemahaman anak perihal bahaya zat narkoba, narkotika, dan psikotropika. Kemajuan teknologi saat ini juga dapat digunakan sebagai media edukasi bagi anak dan remaja di sekitar.
Uhamka melalui Fakultas Kedokteran serta 9 Fakultas lainnya terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat dengan berbagai kegiatan agar terhindar dari narkoba serta dapat hidup sehat. Di Uhamka tidak hanya Fakultas Kedokteran yang membidangi kesehatan saja melainkan juga ada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakutas Psikologi, Fakultas Teknologi Industri dan Informasika (FTII), Fakultas Agama Islam (FAI), dan Fakultas lainnya dari jenjang S1, S2, serta S3. Selengkapnya tentang Uhamka dapat diketahui pada tautan berikut http://linktr.ee/uhamka
0 comments