Penadigital.id - Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyampaikan urgensi besar Indonesia dalam masalah perundungan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Berlandaskan hasil Asesmen Nasional (AN) 2021, 25 persen siswa dan siswi di Indonesia mengalami berbagai macam bentuk perundungan di lingkungan pendidikan.
Nadiem mengungkapkan bahwa pemerintah telah membentuk pencegahan perundungan di lingkungan pendidikan dengan menerapkan program Roots Indonesia. Roots Indonesia sendiri merupakan program Kemendikbud Ristek yang dibentuk untuk menciptakan peserta didik dan pendidik sebagai perubahan dalam pencegahan perundungan di sekolah.
“Kami telah mengupayakan beberapa gerakan untuk mengatasi perundungan di satuan pendidikan dengan mengimplementasikan program Roots Indonesia. Tentunya gerakan ini harus didorong secara bersama-sama. Pendidikan yang maju dimulai dari sekolah bebas perundungan,” tutur Nadiem, (21/5).
Menurutnya, setiap elemen di satuan pendidikan, khususnya di sekolah mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Setiap orang yang terlibat dalam unsur pendidikan dapat bekerja sama untuk menangani tindak kekerasan di sekolah.
Program Roots Indonesia telah memberikan pendampingan kepada 7.369 sekolah di jenjang SMP dan SMA/SMK yang berasal dari 489 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia sejak tahun 2021. Program ini juga melatih 13.754 fasilitator guru anti perundungan di lingkungan SMP dan SMA/SMK.
“Berdasarkan pemantauan program Roots pada tahun 2021, 43.442 siswa agen perubahan anti perundungan telah terbentuk. Mereka akan memberikan pesan perilaku baik di lingkungan sekolah,” pungkas Nadiem.
(DYL)
0 comments