Oleh : Deni Nuryadin
(Komissioner BAZNAS Kota Tangerang Selatan)
Dilansir dari World Wildlife; hasil foto satelit dari sebagian besar wilayah bumi menggambarkan bahwa hutan telah menghilang 50% lebih, padahal kita tahu semua bahwa salah satu manfaat hutan adalah sebagai paru-paru dunia.
Hampir semua penyebab itu berasal dari campur tangan manusia. Pembalakan liar, penebangan hutan yang terus-menerus dari beberapa perusahaan industri hasil olahan dari pohon dalam memenuhi pangsa pasar dunia akan kayu, kertas, plywood dan lain-lain serta perusakan ekosistem alam beserta habitatnya akibat maraknya eksplorasi aneka tambang mineral.
Aktivitas manusia di atas merupakan beberapa contoh kontribusi buruk manusia kepada alam. Padahal kita semua tahu bahwa perbuatan di atas dilarang oleh Allah, sebagaimana dalam Al Qur'an, artinya:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." (Al-A’raf/7:56)
Akibat perusakan alam secara masif berakibat pada terganggunya keseimbangan alam dan di beberapa wilayah mulai menunjukkan gejala bencana seperti pencairan gunung gletser lebih cepat akibat adanya kenaikan suhu global, peningkatan suhu global ini disebakan oleh adanya polusi udara dan peningkatan jumlah rumah/ gedung kaca yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Semua perubahan di atas berakibat pada peningkatan volume air laut lebih banyak sehingga air laut masuk lebih jauh kedaratan, iklim menjadi tidak menentu, sering terjadi suhu ekstrim, tanah bergerak akibat labil, sumber air berkurang, akibat polusi tanah sehingga di wilayah tersebut berubah menjadi tandus.
Kalau sudah seperti ini, sudah sucikah kita terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya? Akibat perbuatan merusak alam sehingga orang lain dan makhluk lain terzalimi menerima akibatnya, mereka menjadi menderita bahkan sampai berakibat pada kematian orang lain, padahal perintah kita untuk berpuasa di bulan Ramadhan adalah bertujuan agar kita menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT.
Bertaqwa berarti bersikap dan berprilaku takut, waspada, dan hati-hati terhadap apa yang menjadi larangan Allah, yang menjadi landasan ketauhidan seorang hamba.
Merusak baik dalam arti secara fisik maupun non fisik bertentangan dengan perilaku orang yang bertaqwa dan cinta terhadap Allah.
Sebaliknya, berhati-hati dalam berucap dan bertindak serta memelihara alam beserta isinya dan turut serta mencegah kerusakan serta membantu untuk menyelamatkan umat manusia juga merupakan bagian dari perintah Allah.
Sebagaimana dalam Al Qur'an, artinya:
"Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan manusia dan makhluk lainnya dengan cara memelihara keseimbangan dengan tidak merusaknya, karena itu pula bukti kita beriman kepada Allah.
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya: “ 'Tidak beriman' salah seorang dari kalian sampai mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebaliknya, bagaimana akibat perbuatan kita merusak alam sehingga berakibat pada penderitaan bahkan sampai pada kematian orang lain secara jamak dan terus menerus, maka sudah bisa dibayangkan berapa banyak dosa jariyah yang terus menerus akan diterima oleh kita sebagai ganjarannya, Naudzubillah Min Dzalik.
Marilah dipenghujung bulan Ramadhan ini, kita implementasikan kesucian ini, selain dengan meningkatkan ibadah kepada Allah juga mengasihi anak yatim, menyayangi orang miskin dan membantu masyarakat lain, berbuat untuk mencegah kerusakan, menghindari merusak dan memelihara keseimbangan alam juga merupakan bagian perintah dari Allah.
Tanpa harus saling menunggu siapa yang memulai lebih dahulu, marilah kita berbuat di lingkungan terdekat dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak membakar sampah di lingkungan tempat tinggal pemukiman yang bisa berakibat polusi udara dan membuat septic tank memadai serta menanam kembali pohon di area rumah, minimal 1 pohon 1 rumah.
Saat ini dibutuhkan kesadaran kolektif untuk mendapatkan manfaat bersama.
Semoga kesucian kita di hari Raya Idhul Fitri kali ini dapat mewujudkan Islam sebagai agama yang memberikan rahmat bagi alam, "Rahmatan lil 'Alamin", Aamiin
0 comments