Penadigital.id - Mariana selaku guru SD Negeri 20 Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, ikhlas 14 tahun lamanya mengabdi sebagai guru honorer dengan honorarium yang diterimanya Rp 300 ribu per bulan.
"Saya telah menjalaninya sejak 2007 dan saya bertahan menjadi guru honorer karena cinta dengan pekerjaan mulia ini ," tutur Mariana.
Mariana menyampaikan, meski upah yang diterima jauh dari kata layak, namun untuk mengajar peserta didik semangatnya sangat tinggi. Hal itu dilakukan hanya untuk melahirkan generasi yang cerdas.
"Saya senang mengajar anak-anak. Jumlah upah yang saya dapatkan pastinya tidak cukup, apalagi saya memiliki empat anak. Tapi, tidak apa-apa karena saya cinta pekerjaan guru. Mungkin dengan ketulusan ini kelak saya bakal lulus pegawai negeri sipil," tutur Mariana.
Mariana juga mengaku, semangat mengajarnya tidak terlepas dari dukungan sang suami yang yang berdagang mi Aceh. "Kalau saya sedang mengajar, anak-anak dijaga suami. Suami buka usaha di rumah, jadi untuk memenuhi kebutuhan dapur itu cukup. Gaji saya hanya cukup untuk biaya transportasi saja, namun terkadang kurang," kata Mariana.
Sebelumnya, Mariana mengaku, bahwa dirinya merupakan guru honorer dengan surat keputusan Bupati Aceh Utara. Namun sejak, Juli 2021, ia tidak pernah mendapatkan upah lagi.
"Dulu saya digaji Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Namun sejak beberapa bulan lalu, saya tidak dapat lagi honorarium. Saya berharap dengan adanya program seleksi PPPK, para guru honorer mendapatkan hak atas kerja kerasnya dan lebih sejahtera," tutur Mariana.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Aceh Utara Sarjan meminta pemerintah menyejahterakan para guru honorer dalam meningkatkan kualitas pendidikan. "Tolong untuk pemerintah lebih perhatikan lagi kesejahteraan guru-guru honorer, gaji guru honorer di Aceh Utara jauh dari kata sejahtera. Jika guru bekerja dengan nyaman, maka hasilnya juga akan lebih maksimal," ujar Sarjan.
Menurut Sarjan, saat ini Kabupaten Aceh Utara masih sangat kekurangan guru PNS. Bahkan ada beberapa sekolah di pedalaman hanya memiliki dua guru PNS dan selebihnya guru honorer.
Sarjan mengatakan pemerintah, baik pusat maupun daerah harus melihat secara nyata di lapangan terkait kondisi guru-guru yang bekerja untuk mencerdaskan anak bangsa.
"Saya berharap pada momentum hari guru ini, ke depannya nasib seluruh guru, khususnya guru honorer bisa lebih sejahtera dan semakin diperhatikan pemerintah, baik di daerah maupun pusat," tutur Sarjan.
(ADP)
0 comments